Penulis :  Febyolla Presilawati, SE. MM
                Riska Umaira, SE



Kupi Khop Khas Aceh Barat
Kupi Khop Khas Aceh Barat.


BAB I

PENDAHULUAN

           

            Kopi merupakan salah satu minuman yang sangat di gemari oleh masyarakat Indonesia karena rasa dan aromanya. Minuman ini di gemari oleh segala umur secara turun temurun. Kondisi ini sama dengan di luar negeri, di Amerika misalnya, sebagian besar masyarakat menyukai minuman ini, sehingga istilah coffe break masih di gunakan hingga saat ini untuk menandai waktu istirahat maupun jam makan siang.

            Kegiatan perdagangan kopi merupakan jaringan usaha dari negara-negara penghasil kopi dan pengimpor kopi. Perdagangan kopi internasional memerlukan dukungan dan perbankan, asuransi, telekomunikasi dan jaringan media informasi.          Kopi merupakan komoditi penyegar yang diperlukan oleh penduduk dunia, mulai dari desa-desa kecil di pelosok negara hingga kota-kota metropolitan bahkan menyentuh pusat pusat pariwisata internasional dibanyak negara dimana minuman kopi itu sendiri dijadikan sebagai penghangat pertemuan baik di kantor, kampung, hingga jamuan internasional.

            Sebagian orang mengkonsumsi kopi sebagai salah satu minuman kegemaran, sedang sebagian orang tidak menyukai minum kopi karena khawatir efek kopi terhadap kesehatan. Menurut hasil penelitian, kopi mampu menurunkan risiko diabetes mellitus, penyakit kardiovaskuler, kanker serta mampu menurunkan kadar asam urat darah. Hal tersebut karena kandungan polyphenol yaitu chlorogenic acid di dalam kopi.

            Terlepas dari efek samping kopi ketika dikonsumsi, kopi juga memiliki beberapa jenis yaitu seperti robusta, arabika, tubruk, dll. Salah satu kopi yang terkenal didaerah paling ujung pulau sumatra tepatnya di Provinsi Aceh Kabupaten Aceh Barat ialah Kopi Tubruk “Kupi Khop”.

            Kupi Khop (Kopi terbalik/tertelungkup) merupakan salah satu bentuk peninggalan tradisi dan budaya endatu (nenek moyang) Aceh. Kupi Khop awalnya berasal dari tanah kelahiran Teuku Umar, Meulaboh, Aceh Barat. Peran kopi yang begitu sentral terhadap kebiasaan masyarakat Aceh, seakan sudah dikenal sejak masa perjuangan melawan penjajah dulu.

            Kupi Khop bukan hanya punya nilai historis di dalamnya tapi nilai kreativitas sehingga dapat mengolah kopi menjadi lebih baik dan merupakan budaya yang harus dikembangkan hingga seterusnya. Dengan memiliki teknik yang cukup unik yaitu dengan membalik gelas itu bukan hanya sebatas sensasi semata tetapi ini dinilai oleh masyarakat khususnya masyarakat Aceh Barat sendiri, dan hal ini mampu mendapatkan saripati terbaik tanpa menggunakan proses penyaringan layaknya kopi umumnya.

            Semiotika adalah tanda seperti sesuatu yang berbentuk fisik yang dapat ditangkap oleh panca indera manusia dan merupakan sesuatu yang merujuk (merepresentasikan) hal lain di luar tanda itu sendiri, yang berupaya untuk menemukan tanda-tanda yang memiliki arti serta mengetahui sistem seperti : kode, bahasa, kata, sinyal, gerak isyarat dan sebagainya. Setiap hasil cipta, rasa, karsa manusia dan kreatifitas yang diciptakan atau diikuti dan digunakan secara turun temurun dapat dijadikan sebuah budaya yang harus dilestarikan.

            Apalagi dengan menggunakan produk kopi dari hasil tanah sendiri serta mempunyai nama dan ciri khas tersendiri dari bentuk serta cara penyajiannya yang berbeda dari daerah lain ini akan menjadi suatu produk yang sangat unik dan telah dijadikan sebagai suatu festival yang mengangkat tentang Deklarasi “Kupi Khop” sebagai budaya khas Aceh Barat. Dengan mengetahui semiotika dari Kupi Khop maka masyarakat bisa tahu bahwa Kupi Khop merupakan produk unggulan yang memiliki nilai jual dan kekhasan dengan histori Aceh Barat.

            Dari tanda-tanda yang ada pada semiotik, kita akan memfokuskan pembahasan pada semiotik bentuk dan semiotik bahasa. Hal tersebut sangat menarik perhatian peneliti untuk kemudian mengangangkatnya lewat suatu judul penelitian: Analisis Semiotika Pada Kupi Khop Khas Aceh Barat.

 


BAB II

ANALISIS SEMIOTIKA PADA KUPI KHOP

2.1 Semiotika

            Menurut Little John (2014) Semiotika adalah berupaya menemukan tanda termasuk hal-hal tersembunyi dibalik sebuah tanda (khas, cita rasa, karsa, dll). Semiotika merupakan istilah yang berasal dari kata Yunani semeion yang berarti ‘tanda’ atau sign dalam bahasa Inggris itu adalah ‘Ilmu yang mempelajari sistem tanda’ seperti: bahasa, kode, sinyal, dan sebagainya. Tanda-tanda adalah basis dari seluruh komunikasi.

            Menurut Umberto Eco, Semiotika adalah mempelajari hakikat tentang kebenaran suatu tanda. Tanda tersebut sebagai “kebohongan”; dalam tanda ada sesuatu yang tersembunyi di baliknya dan bukan merupakan tanda itu sendiri (Sobur, 2014).

            Menurut Saussure, Semiotika adalah persepsi dan pandangan kita tentang realitas, dikonstruksikan oleh kata-kata dan tanda-tanda lain yang digunakan dalam konteks sosial. Artinya, tanda membentuk persepsi manusia, lebih dari sekedar merefleksikan realitas yang ada (Sobur, 2014).

            Menurut Barthes, Semiotika adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda. Tanda-tanda adalah perangkat yang kita pakai dalam upaya berusaha mencari jalan di dunia ini, di tengah-tengah manusia dan bersama-sama manusia. Semiotika dalam istilah Barthes, semiologi, pada dasarnya hendak mempelajari bagaimana kemanusiaan (humanity) memaknai hal-hal (things).

            Memaknai (to sinify) dalam hal ini dapat dicampur adukan dengan mengkomunikasikan (to communicate). Memaknai berarti bahwa objek-objek itu hendak berkomunikasi, tetapi juga mengkonstitusi aiatem terstruktur dari tanda (Sobur, 2014).

 

2.2 Komponen Dasar Semiotik

            Semiotik merupakan teori filsafat umum yang berkaitan dengan produksi tanda dan simbol sebagai bagian dari sistem kode untuk mengomunikasikan informasi. Semiotik meliputi semua tanda yang bersifat visual dan verbal. Konsep-konsep dasar semiotika adalah tanda/simbol, kode, makna dan mitos.

A. Tanda

            Menurut Saussure tanda (sign) terbagi menjadi tiga komponen yaitu: (1) Tanda (sign) meliputi aspek material (suara, huruf, gambar, gerak, bentuk). (2) Penanda (signifier) adalah aspek material dari bahasa: apa yang dikatakan atau didengar dan apa yang ditulis atau dibaca. (3) Petanda (signified) adalah gambaran mental, pikiran, dan konsep. Petanda adalah

aspek mental dari bahasa. Ketiga unsur tersebut harus utuh, tanpa salah satu unsur, tidak ada tanda yang dapat dibicarakan bahkan tidak dapat dibayangkan.

            Jadi, petanda (signified) merupakan konsep atau apa yang dipresentasikan oleh penanda (signifier) serta, hubungan antara signified dan signifier disebut hubungan simbolik yang akan menghasilkan makna.

B. Kode

            Kode adalah cara pengkombinasian tanda, yang disepakati secara sosial untuk memungkinkan satu pesan disampaikan dari seseorang ke orang lainnya. Pengkodean (encoding) dalam pemecahan masalah program linier adalah kegiatan untuk menyatakan suatu informasi ke dalam bentuk tertentu yang berbeda dengan bentuk asal. Kode-kode menurut Barthes dibagi menjadi lima kisi-kisi kode yakni kode hermeneutik, kode semantik, kode simbolik, kode narasi, dan kode kebudayaan.

C. Makna

            Dalam kehidupan manusia terdapat banyak makna dan secara tidak sadar, terkadang manusialah yang menggunakan makna tersebut. Spradley dalam Tinarbuko mengungkapkan bahwa semua makna budaya diciptakan menggunakan simbol-simbol yang menunjuk pada peristiwa atau objek. Simbol melibatkan tiga macam hubungan tanda. Pertama, hubungan tanda dengan dirinya sendiri atau disebut hubungan simbolik atau hubungan internal. Kedua, hubungan tanda dengan tanda lain dalam uatu sistem yang disebut hubungan paradigmatik. Ketiga, hubungan tanda dengan tanda lain dari satu struktur yang disebut hubungan sintagmatik atau hubungan eksternal.

 

2.3 Sejarah Kopi

            Sejarah kopi telah dicatat sejauh pada abad ke-9. Pertama kali, kopi hanya ada di Ethiopia, di mana biji-bijian asli ditanam oleh orang Ethiopia dataran tinggi. Akan tetapi, ketika bangsa Arab mulai meluaskan perdagangannya, biji kopi pun telah meluas sampai ke Afrika Utara dan biji kopi di sana ditanam secara massal. Dari Afrika Utara itulah biji kopi mulai meluas dari Asia sampai pasaran Eropa dan ketenarannya sebagai minuman mulai menyebar.

            Kegiatan perdagangan kopi merupakan jaringan usaha dari negara-negara penghasil kopi dan pengimpor kopi. Perdagangan kopi internasional memerlukan dukungan dan perbankan, asuransi, telekomunikasi dan jaringan media informasi. Kopi merupakan komoditi penyegar yang diperlukan oleh penduduk dunia, mulai dari desa-desa kecil di pelosok negara hingga kota-kota metropolitan bahkan menyentuh pusat pusat pariwisata internasional dibanyak negara dimana minuman kopi itu sendiri dijadikan sebagai penghangat pertemuan baik di kantor, kampung, hingga jamuan internasional.

            Kopi merupakan salah satu komoditas unggulan dalam subsector perkebunan di Indonesia karena memiliki peluang pasar yang baik di dalam negeri maupun luar negeri. Sebagian besar produksi kopi di Indonesia merupakan komoditas perkebunan yang dijual ke pasar dunia. Menurut International Coffee Organization (ICO) konsumsi kopi meningkat dari tahun ke tahun sehingga peningkatan produksi kopi di Indonesia memiliki peluang besar untuk mengekspor kopi ke negara-negara pengonsumsi kopi utama dunia seperti Uni Eropa, Amerika Serikat dan Jepang.

            Kopi memang menjadi salah satu tanaman rakyat yang diwajibkan pemerintah Hindia Belanda dalam pelaksanaan cultuur-stelsel. Daerah-daerah dari luar Jawa, terutama Sumatera, punkemudian diharuskan menanam kopi. Perkembangannya cukup pesat, menyebar ke daerah-daerah diluar Jawa, Karena Pemerintah Hindaia Belanda menjadikan kopi sebagai salah satu komoditas ekspor yang utama.  

            Kopi merupakan komoditas tropis utama yang diperdagangkan di seluruh dunia dengan kontribusi setengah dari total ekspor komoditas tropis. Popularitas dan daya tarik dunia terhadap kopi, utamanya dikarenakan rasanya yang unik serta didukung oleh faktor sejarah, tradisi, sosial dan kepentingan ekonomi (Ayelign et al, 2013). Selain itu, kopi adalah salah satu sumber alami kafein zat yang dapat menyebabkan peningkatan kewaspadaan dan mengurangi kelelahan. Minuman kopi, minuman dengan bahan dasar ekstrak biji kopi, dikonsumsi sekitar 2,25 milyar gelas setiap hari di seluruh dunia (Ponte, 2002). Pada tahun 2013, International Coffee Organization (ICO) memperkirakan bahwa kebutuhan bubuk kopi dunia sekitar 8,77 juta ton (ICO, 2015).

            Awal kopi pertama masuk ke Aceh yaitu pada masa Kesultanan Aceh Darussalam, tepatnya pada awal 1873 saat Belanda menyatakan perang kepada Kesultanan Aceh, perang tersebut berlanjut sampai 1904.

            Tanaman kopi awalnya dibawa Belanda pada abad XVII melalui Batavia (sekarang Jakarta) untuk ditanam di Aceh tahun 1908. Kopi yang pertama sekali diperkenalkan adalah kopi jenis Arabica pertama sekali dibudidayakan di Utara Danau Lut Tawar. Di dunia, kopi bisa dibedakan menjadi 2 kelompok berdasarkan jenisnya, yaitu kopi Arabica dan kopi Robusta. Di Aceh kedua jenis kopi ini dibudidayakan oleh masyarakat setempat. Kopi jenis Arabica umumnya dibudidayakan di wilayah dataran tinggi Tanah Gayo, termasuk Takengon, Aceh Tenggara, dan Gayo Lues. Sedangkan di Kabupaten Pidie (terutama wilayah Tangse dan Geumpang) dan Aceh Barat, masyarakat mengembangkan kopi jenis Robusta. Belanda memerintahkan masyarakat sendiri pada saat itu mereka menyuruh konsumsi kopi jenis Robusta, sedangkan Arabica untuk dikonsumsi sendiri (Belanda) dan untuk di ekspor.

            Di Aceh Belanda menemukan sebuah dataran tinggi luas yang dikenal dengan nama Tanah Gayo terletak di jantung wilayah ini, yang berdasarkan riset yang mereka lakukan ternyata sangat cocok untuk ditanami Kopi. Dan dari sinilah keajaiban itu bermula. Di Tanah Gayo, Belanda membangun basis pemerintahannya di Takengon yang terletak tepat di tepi danau Lut Tawar yang permukaannya ada di ketinggian 1250 Mdpl. Belakangan kota ini berkembang menjadi pusat ekonomi dan pemerintahan dan menjadi kota terbesar di Tanah Gayo.

            Perkebunan kopi pertama yang dikembangkan Belanda di daerah yang bernama Belang yang terletak tidak jauh dari Kota ini. Sampai hari ini, daerah ini dikenal sebagai salah satu daerah penghasil kopi terbaik di Tanoh Gayo. Dari Belang Gele, Kopi tersebar ke segala penjuru Tanah Gayo yang berhawa dingin.

            Di tahun 1924 Belanda dan investor Eropa telah memulai menjadikan lahan didominasi tanaman kopi, teh dan sayuran. Kemudian pada Tahun 1933, di Takengon, 13.000 hektar lahan sudah ditanami kopi yang disebut Belanda sebagai komoditas “Product for future”. Masyarakat gayo, tulis John R Bowen, sangat cepat menerima (mengadopsi) tanaman baru dan menanaminya di lahan-lahan terbatas warga. Perkampungan baru di era tersebut, terutama di sepanjang jalan dibersihkan untuk ditanami kopi kualitas ekspor.

2.4 Kupi Khop

            Menikmati kopi tidak lagi menjadi hal yang asing di Indonesia, disetiap sudut daerah Indonesia bisa ditemui olahan si biji hitam salah satunya termasuk Provinsi Aceh. Daerah Paling ujung sumatera ini memiliki ribuan warung kopi dan hampir setiap sudut dihinggapi warung kopi yang bervariasi, dikota yang dijuluki 1001 warung kopi ini masyarakat bisa saban hari menikmati kopi.

            Berbagai macam kopi seperti Robusta maupun Arabica bisa ditemukan di bumi Aceh ini, baik kopi tradisional maupun modern. Kemudian selain kopi tersebut juga terdapat jenis kopi aceh lainnya yaitu kopi tubruk. Kopi ini justru di sajikan secara unik yaitu tidak di saring melainkan di konsumsi dengan gelas yang terbalik. Ada sebagian orang yang memang takut untuk mengonsumsi kopi namun perlu anda ketahui bahwa tidak perlu takut untuk mengonsumsi kopi.

Ketakutan tersebut berasal dari efek samping yang diberikan akibat mengonsumsi kopi. Yang harus di waspadai adalah kopi palsu atau kopi dengan biji berlubang sebab ulat yang memakannya saja bisa mati apalagi jika di konsumsi oleh manusia. namun untuk kopi asli yang berasal dari aceh seperti jenis kopi arabika dan juga kopi robusta tersebut sangat aman dikonsumsi dan juga baik untuk kesehatan.

            Cara mengonsumsi kopi yang sehat yaitu dengan takaran 120 hingga 150 kafein saja untuk setiap harinya. Adapula yang mengatakan bahwa jika mengonsumsi kopi maka akan mengalami sulit tidur. Hal tersebut sebenarnya tidak benar sebab efek yang diberikan oleh kopi tersebut akan terjadi setelah 3 atau 3,5 jam kemudian. Untuk para pecinta kopi maka anda wajib untuk mencicipi kopi nikmat dan aman di konsumsi yaitu kopi aceh.

            Kopi tubruk adalah minuman kopi dari Indonesia yang dibuat dengan mendidihkan biji kopi bersama dengan gula. Kopi ini memiliki kesamaan dengan kopi dari Turki dan Yunani dalam hal kepekatannya. Kopi tubruk cukup populer di daerah Aceh Barat. Resep dari kopi tubruk ini dibawa oleh pedagang dari Timur Tengah ke Indonesia. Di Timur Tengah, kopi tubruk ini dikenal sebagai "kopi lumpur”. Kopi tubruk merupakan cara termudah dalam menghidangkan kopi.  

            Variasi lain dari kopi tubruk adalah kopi susu yang dibuat dengan menambahkan susu kental manis. Salah satu variasi yang kurang terkenal dari kopi ini adalah yang dicampur dengan jus avokad. Kopi tubruk ini umumnya diminum bersama dengan pisang goreng. Hal utama yang harus diperhatikan dalam membuat kopi tubruk adalah air yang digunakan haruslah benar-benar panas karena apabila tidak maka akan ada biji kopi yang tersisa.

            Menikmati kopi yang diseduh didalam cangkir sudah biasa tetapi ada hal berbeda yang ditawarkan terkait dengan cara penyajiannya. Kupi Khop atau dikenal juga dengan kopi tubruk yang berasal dari Meulaboh Aceh Barat ini menawarkan cara menikmati kopi dengan cara penyajiannya yang sangat unik yaitu disajikan dengan cara terbalik, itulah “Kupi Khop”.

            Istilah kata “Kupi Khop” muncul atau terinspirasi dari model topi yang menjadi trade mark pahlawan nasional yang berasal dari daerah setempat yaitu Teuku Umar. Penyajian kopi khas Meulaboh Aceh Barat itu telah ada sejak zaman penjajahan pada saat masa perjuangan Teuku Umar melawan penjajah.

            Tidak hanya berhenti pada masa itu, hal unik yang ditawarkan meliputi bentuk dan cara penyajian untuk menikmati kopi masih berlaku hingga sekarang dan menjadi salah satu trade mark daerah Meulaboh, Aceh Barat. Dibalik hal unik yang ditawarkan ini ternyata terdapat filosofi penyajian “Kupi Khop” dengan gelas terbalik yaitu karena kebiasaan masyarakat Aceh yang berlama-lama saat minum kopi, apabila disajikan dengan gelas terbalik maka akan tertutup, aman dari polusi dan menjaga kadar asam pada minuman kopi tersebut.

 

2.5 Semiotik Kupi Khop Aceh

            Tanda-tanda yang ada pada Kupi Khop :

  • Arti kata Kupi Khop berasal dari kata Bahasa Daerah Aceh yang memiliki arti kopi tertelungkup atau kopi terbalik.
  • Bentuk dari “Kupi Khop” merupakan tanda atau terinspirasi dari model topi yang menjadi trade mark pahlawan nasional yang berasal dari daerah setempat yaitu Teuku Umar.
  • Jenis kopi yang digunakan ialah Kopi Tubruk yang berasal dari Kota Meulaboh yang berarti bahwa para penjual kopi tubruk tersebut lebih memilih kopi dari daerah mereka sendiri.
  • Cara penyajiannya yang tertutup dapat diartikan sebagai kebiasaan masyarakat Aceh yang suka berlama-lama duduk di warung kopi, apabila disajikan dengan gelas terbalik maka akan tertutup, aman dari polusi dan menjaga kadar asam pada minuman kopi tersebut.

BAB III

PENUTUP

 

            Berdasarkan uraian di atas dapat kita simpulkan bahwa Kupi Khop khas Aceh ialah satu satu peninggalan yang tetap dilestarikan dan masih diterima oleh masyarakat hingga sekarang. Dengan diterimanya Kupi Khop didalam masyarakat dapat membuat Kupi Khop tidak akan kalah keunikannya dengang yang dimiliki oleh Negara lain apalagi jika dijadikan sebagai trade mark pada pada festival-festival internasional. Semiotik bahasa dan semiotik bentuk yang dimiliki ialah memang menjadi ciri khas dari Kupi Khop yang merupakan trade mark dari pahlawan Aceh yaitu Teuku Umar.

            Analisa mengenai semiotika mengenai Kupi Khop ini juga memberikan jawaban pasti bahwa Kupi Khop juga dapat dijadikan kebudayaan sebagai semiotik (culture as semiotics). Bagaimana kebudayaan itu berperan sebagai penerjemah, sebagai sarana penyampai ide/gagasan/pikiran, dan sebagai penciptaan kembali budaya atau adat istiadat baru dalam masyarakat.

            Demikian tulisan ini selesai disusun. Semoga apa yang kita harapkan mengenai pemahaman tentang Kupi Khop Khas ceh dapat diterima oleh masyarakat semua, meskipun masih banyak yang harus dibenahi dalan tulisan ini dan untuk itu kritik dan saran sangat kami perlukan.

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Alex Sobur. Analisis Teks Media (2014) : Suatu Pengantar Analisis Wacana,        AnalisisSemiotika, dan Analisis Framing. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Eco, Umberto (2009) Teori Semiotika, Bantul: Kreasi Wacana.

ICO. 2015. “Data Konsumsi Kopi”. diakses 12 Desember 2015.

Lidya Ivana Rawung (2013) Analisis Semiotika Pada Film Laskar Pelangi.            Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sam Ratulangi.

Littlejohn, Stephen W & Karen A. Foss. (2014) Teori Komunikasi, edisi 9.

            Jakarta: Salemba Humanika

Tinarbuko, Sumbo (2012) Semiotika Komunikasi Visual. Yogyakarta: Jala Sutra.

 

Sumber lain :

www.sangloesoeh.wordpress.com

www.wikipedia.com

www.tengkuputeh.com